Pesanan Ayatullah Al Uzma Sayid Ali Khamanie sempena menyambut bulan suci Ramadhan.
ISU pokok menyangkut bulan Ramadan adalah bahwa orang, yang diserang dengan berbagai faktor yang menyebabkan alpa pada Allah Swt dan yang didorong dengan insentif yang berbeda, menemukan kesempatan guna menaikkan jiwanya kepada Allah Swt dan menghiasi dirinya dengan etika-etika Ilahi.
Bulan Ramadan menyediakan peluang tersebut. Tentu saja, ada kesempatan-kesempatan lain juga di luar bulan suci tersebut. Misalnya, salat lima kali sehari adalah kesempatan ketika kita boleh mengangkat jiwa kita, memperbaiki diri kita sendiri, dan menghilangkan penyakit-penyakit dan kelalaian-kelalaian ruhani.
Salat adalah kesempatan yang sangat baik. Camkan, jika Anda memerhatikan apa yang tengah Anda kerjakan selama salat, keadaan Anda sebelum dan sesudah salat akan jelas-jelas berbeda mengingat Anda memerhatikan penuh apa yang tengah Anda kerjakan ketika mendirikan salat. Anda harus memusatkan perhatian pada bunyi al-Quran berikut, Dan sesungguhnya mengingat Allah (salat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). (QS. al-Ankabut [29]:45). Jika Anda memerhatikan hal ini dan mengingat Allah selama salat, salat ini akan mengangkat Anda. Pengangkatan menandakan bahwa Anda merasakan kesucian yang sangat, kelembutan dan cahaya di kedalaman jiwa usai salat.
Doa Selama Bulan Ramadan Melipatgandakan Cahaya Petunjuk pada Manusia
Ada doa dan munajat khusus yang dianjurkan selama 29 atau 30 hari pada bulan puasa ini di samping lima salat fardu dan salat nafilah yang siapa pun selalu boleh melakukannya, yang memberikan cahaya benderang bagi manusia. Doa-doa ini telah diwariskan kepada kita. Kita telah diajar bagaimana berbicara dengan Allah dan meminta-Nya serta bermunajat dengan-Nya. Sekiranya untaian kalimat dalam doa-doa tersebut yang diwarisi dari para maksum tidak diteruskan, orang-orang tidak boleh memahami bagaimana cara ia berkomunikasi dengan Tuhan dengan untaian kalimat tersebut dan memohon kepada-Nya.
Puasa di bulan Ramadan menyiapkan pijakan spiritual bagi orang yang berpuasa dan menyiapkannya untuk mendapatkan karunia Ilahi. Semua praktis ibadah yang dijalankan selama bulan ini memberikan serangkaian kegiatan rekonstruksi manusia dan mengosongkan diri dari penyimpangan dan degenerasi.
Ramadan adalah peluang tepat. Poin utamanya adalah bahwa kita dapat melampaui jalan ini menuju Allah di bulan Ramadan dan adalah mungkin untuk berbuat demikian.
Beberapa waktu silam ketika kami diundang oleh Imam Khomeini di dalam bulan Ramadan, saya merasa bahwa ia menjadi lebih bercahaya. Kata-kata, pandangan, gerakan-gerakan, dan sudut pandangnya berbeda dengan hari-hari sebelum Ramadan. Inilah keadaan seorang mukmin di bulan Ramadan yang selama itu Allah memberinya sedemikian banyak cahaya sehingga orang boleh melihatnya ketika bertemu dan berbicara dengannya. Inilah keadaan hamba-hamba Tuhan. Kita mesti memanfaatkan kesempatan ini.
Mari Berjuang untuk Menjauhkan Diri Kita dari Dosa-dosa
Untuk memperoleh kedekatan dengan Allah, siapa pun harus meninggalkan segala macam dosa. Dirikan ibadah-ibadah fardu dan sunnah, termasuk doa-doanya. Yang terutama adalah mencegah diri dari berbuat dosa. Ini memerlukan ketakwaan dan integritas, yakni elemen terpenting yang harus diambil oleh siapa pun.
Adalah kejujuran yang mencegah manusia dari melakukan dosa. Dosa tidak membiarkan seseorang untuk mencapai tepian samudra luas pengampunan Ilahi dan mendapatkan manfaat darinya. Dosa tidak membiarkan kita guna mengambil manfaat bagi kita sendiri puncak doa atau berpikir untuk memperbaiki jiwa kita. Marilah kita putuskan untuk menjauhkan diri kita dari dosa-dosa. Inilah syarat pertama.
Sudah tentu, dosa-dosa itu berbeda. Ada dosa individual, ada dosa sosial. Ada juga dosa-dosa yang dilakukan oleh tangan, mata, lidah, atau anggota tubuh lainnya. Barangkali dosa-dosa tidak tersembunyi bagi kaum Muslim. Mereka tahu apa itu dosa.
Siapa saja yang mendirikan salat, menunaikan ibadah-ibadah sunnah dan melaksanakan kewajiban-kewajiban agamanya, tetapi pada saat yang sama tidak mencegah diri dari berbuat dosa dan maksiat boleh diibaratkan dengan seseorang yang terkena batuk dan mengambil obat untuk menyembuhkan dirinya dan pada saat bersamaan menyantap makanan yang berbahaya bagi kesehatannya. Tentu saja, obat tersebut itu tidak ada efeknya.
Faedah terpenting dari suatu pemerintahan Islam adalah bahwa ia tidak mencemari atmosfer dengan dosa-dosa. Dalam suatu sistem (pemerintahan) arogan yang tidak Islami, atmosfer tersebut dikotori dengan dosa-dosa. Apabila orang hendak menjauhkan dirinya dari dosa-dosa dalam sistem tersebut, tampaknya mustahil baginya. Segala sesuatu menggiring manusia untuk melakukan dosa. Ini tidak terjadi dalam sistem Islam.
Dalam sistem Islam atmosfer kehidupan tidak disarati dengan dosa. Memang ada pendosa dalam masyarakat Islam di berbagai level, posisi, dan jabatan. Hal itu tak boleh diingkari tapi dosa hanya memiliki daya tarik personal. Hasrat-hasrat rendah manusia boleh mengarahkan orang kepada dosa. Sistem ini berbeda dari sistem setanik yang di dalamnya dosa adalah kriteria bagi kemajuan sosial juga.
Dalam sistem Islam, dosa bukanlah tolok ukur bagi kemajuan, sebaliknya ia adalah kontra nilai dan suatu rintangan di jalan kemajuan yang menurunkan martabat manusia ke derajat yang sangat buruk. Jika seseorang berbuat dosa, yang lainnya semestinya tidak mengatakan bahwa karena orang ini berbuat dosa, karena itu, tidaklah buruk untuk mengikutinya. Siapa pun yang berbuat dosa adalah pendosa, siapa pun ia. Adalah pendapat keliru dengan menyatakan bahwa karena fulan melakukan tindakan tertentu, mungkin saja perbuatan tersebut tidak salah.
Tentu saja, itu tidak menyenangkan untuk mengasumsikan bahwa sesuatu itu baik. Bahkan dianjurkan untuk berbuat demikian. Dalam seluruh aktivitas orang mukmin, orang harus melihat perbuatan dari pandangan positif. Sejauh mungkin semestinya ia tidak menganggap suatu perbuatan sebagai menyimpang. Namun ketika seseorang melakukan tindakan yang jelas-jelas salah, tidak ada perbedaan pelaku di sini. Siapa pun pelakunya ia, dosa adalah dosa. Nah, jika orang terkenal berbuat dosa, hukuman atas dosa mereka lebih besar. Karena itu, intinya adalah menghindari dosa.
Kita harus mencoba menjauhkan diri kita dari dosa di bulan Ramadan dengan amal dan pencegahan. Jika seseorang menjauhkan dirinya dari dosa, maka jalan akan terbuka baginya untuk mengangkat dirinya secara spiritual dan ia akan mampu menempuh perjalanan spiritual yang telah ditentukan bagi manusia. Akan tetapi, dengan beban dosa, perjalanan ini akan menjadi mustahil. Bulan Ramadan adalah kesempatan emas untuk menjauhi dosa.
Ya Allah, dekatkanlah diri kami kepada-Mu dan manusia serta kesempurnaan spiritual setiap harinya. Berilah kami pemahaman atas ajaran-ajaran Islam, cegahlah kami dari berbuat dosa, dan mudahkan kami menunaikan ibadah fardu dan sunnah. Di bulan suci, secara khusus, limpahi kami keberhasilan dalam berkomunikasi dengan al-Quran.
Ya Allah, bantulah model masyarakat Islam kami mengikuti masyarakat Islam dalam arti sebenarnya dari kata tersebut. Ya Allah, curahkanlah rahmat dan kasih sayang-Mu kepada pemimpin kami terdahulu yang kepadanya sistem ini, negeri, dan kaum Muslim yang sadar berutang budi. Ya Allah, segerakanlah kemunculan Mahdi yang dijanjikan
Tiada ulasan:
Catat Ulasan